Heran, memang tajuk yang saya tulis diatas fakta dan terjadi, padahal sudah dilakukan dengan sangat dengan pesan saya yang tulus… Tapi entah bagsimana orNg yang diajakin ngobrol, kok merasa diserang dengan berbagai responnya.
Respon anak (paling jujur menurutku, alhamdulillah), langsung to the point, sudahlah mom, aku sudah tahu, dan aku memilih untuk yang opsi x(tertentu)… Baik, alhamdulillah, sehingga tinggal bersiap, bila mereka memerlukan uluran tangan saja, yang semoga tidak akan terjadi, karena kemudahan2 yang selalu kudoakan terjadi pada mereka terus menerus.
Bila menceritakan sesuatu dengan pejabat, responnya akan sangat hati-hati, sangat netral, dan justru mengulik lebih jauh, hingga bila memahami, bahwa kita tulus tidak sedang mengkritisi, terlihat, gesture yang relax dan lebih terbuka dan lebih percaya… Hehehe.. Saking banyak adu argumentssi yang keseringan menghskimi bikin para pejabat ini merasa perlu waktu mengukur dulu seberapa tulus orNg yang diajakin bicara.. Duhh angele wong urip sepisan.
Respon lain, obrolan yang sudah hati-hati ini masih dianggap menggurui, dan bahkan dijawab dengan aku sudah tahu bahkan sudah saya terapkan, bahkan sudah lama kulakukan… Pada pokoknya tidak mau akui usulan orang lain, belisu ini lah pengusul bahkan telah dilakukan sejak lama
Ada teman yang selalu memerankan menjadi korban, heddeghh, pasif agresif luar biasa
Sometime maybe I am the person him or herself… Begitulah hidup
Jadi ingat buku yg kubaca, kapan saat yang tepat memberikan usulan atau komen terhadap hal yang sedang dilakukan orang tersebut… Menunggu diminta komentar, tanya atau pendapat… Tunggu mereka membutuhkan… Berarti bolehnya.. Halo… Ada yg bisa saya bantu?, sebuah pertanyaan yang lebih suka dan kurindukan alih2 pada usul macem2… Jas milihlah utk hepi